MAKALAH IAD/ISD/IBD
MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA
DISUSUN OLEH: KELOMPOK DUA
ANGGUN LATIFAH 1654400008
ARTAWATI 1654400013
DWI RIZKY AMELIA 1654400033
FERA PRADITA 1654400034
FITRIA WANDA SARI 1614400037
GITA FITRI 1654400038
DOSEN PEMBIMBING:
Drs. AHMAD ZAINAL
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN
AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami
panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmat-Nyalah maka kami bisa menyelasaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul “Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota” yang menurut
kami dapat memberikan manfaat besar bagi
kita semua.
Melalui kata pengantar ini penulis
terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bilamana isi makalah ini
ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah
ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Semoga
makalah ini bermanfaat Aamiin.
Palembang,
Desember 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI
............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .............................................................................................
B. Rumusan
Masalah
.......................................................................................
C. Tujuan
Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa .......................................
1. Desa dan
Masyarakat Desa .......................................................................
2. Pembangunan
Desa ....................................................................................
3. Partisipasi
Masyarakat Desa dalam Pembangunan Desa ....................
B. Kota,
Masyarakat Kota dan Pembangunan Kota ...........................................
1. Masyarakat
Kota dan Ciri-cirinya ...............................................................
2. Hubungan
Desa – Kota ...............................................................................
3. Pembangunan
Perkotaan ...........................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam GBHN
telah ditegaskan bahwa hakikat pembangunan nasional adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Selanjutnya di dalam GBHN
juga disebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah Indonesia telah menyusun
perencanaan pembangunan nasional yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima
Tahun (REPELITA).
Sejak
PELITA III, pemerintah bahkan telah bertekad untuk semakin meningkatkan gerak
pembangunan di wilayah pedesaan. Hal ini mengingat karena sekitar 76%
masyarakat Indonesia bertempat tinggal di pedesaan. Sehingga semua jenis
pembangunan, baik program sektoral, regional dan inpres di pustkan ke daerah
pedesaan. Oleh karena itu, pembangunan desa terlebih dahulu ditujukan kepada
perubahan kehidupan masyarakat pedesaan yang umumnya masih terbelakang dan
bersifat tradisional ke arah kehidupan yang lebih maju dan modern.
Kota-kota
dewasa ini, tidak hanya merupakan konsentrasi pemukiman penduduk, tetapi juga
merupakan konsentrasi berbagai macam kegiatan sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan dan administrasi pemerintahan. Sebagai tempat pemusatan penduduk, di
kota-kota timbul berbagai macam kebutuhan, dengan demikian terdapat berbagai
macam bentuk kerjasama yang akan terjadi antara kota dan daerah sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah, ialah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan desa dan masyarakat desa
2. Bagaimana
pembangunan desa
3. Bagaimana
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa
4. Apa yang
dimaksud dengan masyarakat kota dan ciri-cirinya
5. Bagaimana
hubungan desa – kota
6. Bagaimana
pembangunan perkotaan
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat
mengetahui makna desa dan masyarakat desa
2. Dapat
mengetahui bagaimana pembangunan desa
3. Dapat
mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa
4. Dapat
mengetahui makna masyarakat kota dan ciri-cirinya
5. Dapat
mengetahui bagaimana hubungan desa – kota
6. Dapat
mengetahui bagaimana pembangunan perkotaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa
1.
Desa dan
Masyarakat Desa
Di dalam
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1979, tentang pemerintahan desa disebutkan bahwa:
desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat desa
adalah sejumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat
tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan organisasi pemerintahan terendah
langsung di bawah camat, yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri. Dengan kata lain masyarakat desa adalah sejumlah penduduk yang tinggal
di desa.
Ciri-ciri
masyarakat desa menurut Landis:
·
Suatu daerah yang berpenduduk kurang dari 2.500;
·
Mempunyai derajat intimitas dan informalitas yang
tinggi;
·
Pertanian merupakan kepentingan masyarakat.
Perbedaan
masyarakat desa dan masyarakat kota menurut Bintarto:
NO |
UNSUR PEMBEDA |
DESA |
KOTA |
1 |
Mata pencaharian |
Agraris homogen |
Non agraris heterogen |
2 |
Ruang kerja |
Lapangan terbuka |
Ruang tertutup |
3 |
Musim/cuaca |
Penting dan menentukan |
Tidak menentukan |
4 |
Keahlian/ keterampilan |
Umum dan tersebar |
Ada spesialisasi |
5 |
Rumah dan tempat kerja |
Dekat |
Berjauhan |
6 |
Kepadatan penduduk |
Tidak padat |
Padat |
7 |
Kontak sosial |
Frekuensi kecil |
Frekuensi besar |
8 |
Lembaga-lembaga |
Terbatas dan sederhana |
Banyak dan kompleks |
9 |
Stratifikasi sosial |
Sederhana dan sedikit |
Kompleks dan banyak |
10 |
Kontrol sosial |
Adat/tradisi |
Hukum peraturan tertulis |
11 |
Sifat kelompok |
Gemeinschaft |
Gesellschaft |
12 |
Mobilitas |
Rendah |
Tinggi |
13 |
Status sosial |
Stabil |
Tidak stabil |
2.
Pembangunan
Desa
Pembangunan Masyarakat
Desa atau Community Development, usaha pembangunannya hanya diarahkan pada
kualitas manusianya; sedang Pembangunan Desa atau Rural Development,
mengusahakan pembangunan masyarakat yang dibarengi lingkungan hidupnya.
Tujuan
Pembangunan Desa menurut Sudiharto Djiwandono:
·
Tujuan ekonomis, yaitu meningkatkan produktivitas di
daerah pedesaan, dalam rangka mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan;
·
Tujuan Sosial, ke arah pemerataan kesejahteraan
penduduk desa;
·
Tujuan kultural, dalam arti meningkatkan kualitas
hidup pada umumnya dari masyarakat pedesaan;
·
Tujuan politis, dalam arti menumbuhkan dan
mengembangkan partisipasi masyarakat desa secara maksimal dalam menunjang
usaha-usaha pembangunan serta dalam memanfaatkan dan mengembangkan selanjutnya
hasil-hasil pembangunan.
3.
Partisipasi
Masyarakat Desa dalam Pembangunan Desa
Setiap
masyarakat mempunyai peluang untuk memanfaatkan kesempatan yang timbul dalam
proses pembangunan, di samping berhak menikmati hasil pembangunan. Tetapi juga
sebagai kewajiban karena pada dasarnya semua warga masyarakat wajib ikut serta
memikul beban pembangunan dan mensukseskan jalannya pembangunan.
Partisipasi
memang selalu ditekankan. Hal ini adalah untuk menyadarkan rakyat agar mereka
merasa memiliki program program pembangunan yang dilaksanakan. Sehingga
hasil-hasil pembangunan tidak hanya bermanfaat dimasa sekarang saja, tetapi
juga dimasa yang akan datang.
Berpartisipasi
tidak hanya berarti menyumbang tenaga tanpa dibayar, tetapi partisipasi
diartikan dengan ikut serta. Hal ini sebenarnya untuk menghindarkan rakyat dari
status sebagai sarana pembangunan atau objek pembangunan, tetapi menempatkan
rakyat sebagai subjek atau pelaku pembangunan.
Partisipasi
juga bisa dalam bentuk ide, proses pengambilan keputusan, rasa ikut memiliki
serta ikut memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.
Mubyarto
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa dibedakan
dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap
perencanaan, warga ikut dalam merencanakan.
2. Tahap
pelaksanaan, terlibat dalam program pembangunan yang sedang berjalan.
3. Tahap
pemanfaatan, memanfaatkan hasil pembangunan.
Keadaan
ideal dalam keikutsertaan maasyarakat adalah di dalam tahap perencanaan. Karena
hal ini menyangkut masa depan masyarakat itu sendiri. Sehingga semakin besar
kemampuan masyarakat desa untuk menentukan nasib meraka sendiri, maka makin
besar pula partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Komunikasi Kelapa Desa
Kepala desa
sebagai seorang pemimpin mempunyai 3 peran yang harus dilaksanakan sekaligus.
Ketiga peran tersebut menurut Onong Uchyana Effendy, adalah sebagai
komunikator, sebagai negotiator dan sebagai monitor.
1) sebagai
komunikator
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemimpin sebagai komunikator adalah:
a) daya tarik
komunikator (source attractiveness). Artinya seorang komunikator akan mampu
merubah sikap, tingkah laku komunikan, bila komunikan merasa ada
kesamaan-kesamaan antara komunikan-komunikator;
b) kepercayaan
pada komunikator (source credibility). Artinya di dalam berkomunikasi seorang
komunikan akan sangat mempercayai komunikator apabila komunikator tersrbut
benar-benar menguasai masalah atau mempunyai kelebihan keahlian dari komunikan.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan agar pemimpin dapat berhasil dalam berkomunikasi,
yaitu:
a) kerangka
referansi, di sini berarti seorang pemimpin akan mampu berkomunikasi dengan
bawahannya/komunikan apabila mampu menyamakan kerangka referensinya dengan
kerangka referensi komunikan;
b) situasi dan
kondisi;
c) konotasi, di
sini menyangkut tentang penafsiran (interpretasi) kata-kata yang disampaikan
dalam berkomunikasi.
2) sebagai
negotiator
Di sini
pemimpin mendengarkan suara-suara yang datang dari masyarakatnya.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah:
a) etos
pemimpin, kalau pemimpin benar-benar menguasai masalah, mempunyai iktikad baik
dan dapat dipercaya, maka etosnya di mata warga masyarakat akan naik;
b) peranan
mendengarkan, walaupun pemimpin adalah seorang kominikator, tetapi kemampuan
mendengarkan dengan baik berperan sangat penting sekali.
3) sebagai
monitor.
Pemimpin
harus mampu meneliti gejala-gejala yang ada atau yang timbul dalam masyarakat
setelah ia menyampaikan informasinya. Peran ini akan memberikan pengaruh yang
baik pada warga masyarakatnya, karena masyarakat yang diperhatikan oleh
pemimpinnya akan merasa senang dan memberikan imbalan dengan lebih giat
bekerja.
Tanpa
komunikasi dari Kepala Desa, maka pesan-pesan atau informasi sulit dibayangkan
untuk sampai pada masyarakat desa. Dengan ketiga perannya dalam berkomunikasi,
Kepala Desa akan lebih mengetahui dengan sebenarnya apa yang menjadi kebutuhan
warganya. Dengan demikian, partisipasi dari warga masyarakat akan dapat lebih
diharapkan dan ditingkatkan. Karena pada hakikatnya pembangunan yang
dilaksanakan adalah kebutuhan dan milik rakyat.
B.
Kota,
Masyarakat Kota dan Pembangunan Kota
1.
Masyarakat
Kota dan Ciri-cirinya
Kota
merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan
komunikasi. Dengan adanya sistem komunikasi dan transportasi yang baik,
tidaklah aneh kalau kota tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya.
Kota yang letaknya strategis akan berkembang dengan pesat.
Pertambahan
penduduk dan kemajuan teknik merupakan dua hal yang sangat besar pengaruhnya
atas situasi dan perkembangan masyarakat. Perkembangan yang dimaksud adalah
suatu pertumbuhan yang menjadikan masyarakat selalu berubah (bertambah).
Walaupun jumlah
penduduknya padat, hidup berdekatan satu dengan yang lain, tetapi hubungan di
antara masyarakat kota terjadi sepintas sekilas saja, kurang akrab dan dingin.
Semua tali hubungan dijalin secara formal dan kaku, sifat individualisme dan
materialistis. Masyarakat kota lebih pada perhitungan rugi laba yaitu yang
memberi keuntungan pada dirinya. Sistem perekonomian kota tidak terpusat pada
satu jenis saja, melainkan sangat bervariasi. Industri dilakukan secara
terus-menerus dan besar-besaran, dengan tenaga manusia, mesin, maupun
komputer. Banyak pekerjaan-pekerjaan
yang menuntut keahlian khusus, tetapi ada juga macam-macam pekerjaan yang
menekankan kemampuan tenaga kerja kasar saja. Dengan kegiatan ekonomi di kota
yang beraneka ragam dan kompleks tersebut, akhirnya menghasilkan sistem
pelapisan sosial dari anggota masyarakat yang bersangkutan.
Ciri-ciri
masyarakat kota adalah sebagai berikut:
1. Hererogenitas
sosial
Karena
masyarakat kota adalah masyarakat yang berasal dari aneka duku maupun ras,
sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok lainnya. Maka dari
itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok
yang lain.
2. Hubungan
Sekunder
Pergaulan
dengan sesama anggota (orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu.
Pergaulan yang mendalam secara kekeluargaan dan saling mengisi kebutuhan sulit
dilakukan.
3. Toleransi
Sosial
Selama
tingkah laku seseorang tidak merugikan umum atau tidak bertentangan dengan
norma yang ada, masih dapat diterima dan ditolelir.
4. Kontrol
Sekunder
Anggota
masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau
sosial berjauhan.
5. Mobilitas
Sosial
Sangat mudah
sekalu terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.
6. Individual
Apa yang
masyarakat kota inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan
sendiri. Bantuan dan kerjasama dari masyarakat lain sulit untuk diharapkan.
7. Ikatan
Sukarela
Dalam organisasi
tertentu yang mereka sukai, secara sukarela ia menggabungkan diri dan
berkorban.
8. Segregasi
Keruangan
Akibat dari heterogenitas sosial dan
kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras,
agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan
tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
Menurut
Bintarto dalam bukunya pengantar Geografi Kota maka beberapa cirri fisik dapat
ditunjukkan sebagai berikut :
1) Tempat
untuk pasar dan pertokoan. Pasar merupakan
tititk api atau fokus point dari suatu kota. Waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka,
dimana para petani dan para pengrajin membawa barangnya dan melaksanakan
perdagangan secara barter atau tukar barang dengan barang. Kemajuan di bidang
transportasi dan digunakan system uang maka system barter ini menjadi sistem
jual beli.
2) Tempat
untuk parkir. Daerah pusat kegiatan di kota ini dapat hidup karena adanya jalur
jalan, alat pengangkutan sebagai wadah arus penyalur maupun pengangkutan orang
tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat tertentu.
Masalah parkir ini telah banyak menimbulkan kesulitan bagi kelancaran lalu
lintas dikota, karena di negara maju tempat parkir ini tidak hanya dibuat dalam
dua dimensi, tetapi sudah tempat parkir
dibawah tanah atau di atas toko maupun pasar.
3) Tempat
rekreasi dan olahraga di kota atau desa adalah penting bagi manusia. Ruang
untuk keperluan rekreasi ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a) Halaman
bermain atau payload yang dimanfaatkan oleh anak-anak yang bersekolah ditaman
kanak-kanak. Halaman bermain ini dilengkapi dengan berbagai permainan ayunan,
putaran dan lapangan hijau untuk
berlari-lari dan sebagainya.
b) Halaman
bermain kelompok tetnagga atau neighborhood playground yang diperuntukkan bagi
anak-anak umur 6 tahun sampai 14 tahun.
c) Lapangan
bermain atau play field yang disedianakan untuk para remaja dan orang-orang
dewasa. Kompleks ini meliputi, lapangan untuk segalai permaian bola, sepak
bola, volley, bola tenis, dan sebagainya. Lebih baik lagi jika ditambah dengan
kola renang, lapanagn golf, dan sebagainya.
2.
Hubungan Desa-Kota
Kegiatan ekonomi dikota berbeda
dengan kegiatan ekonomi di pedesaan. Di desa kegiatan ekonominya terutama memproduksi bahan
pangan(agraris), baik untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduknya sendiri
maupun untuk menucukupi kebutuhan orang kota. Kota yang menghasilkan barang
industry serta bermacam-macam jasa yang sebagian dibutuhkan oleh penduduk
pendesaan. Kota dan desa saling membutuhkan dan saling melengkapi. Dengan
adanya hubungan kota dengan desa akan menimbulkan adanya interaksi di antara
keduanya. Interaksi tersebut dapat dilihat sebagai proses sosial, proses
ekonomi, proses budaya ataupun proses politik dan lainnya. Menurutu Bintarto
terjadinya interaksi antara desa dan kota tersebut dapat terjadi karena factor
atau unsur yang ada dalam kota, dalam desa, dan diantara desa dan kota.
Kemajuan masyarakat desa adanya jaringan lalu lintas yang makin meluas yang
menghubungkan antara desa dengan kota,
adanya integrasi atau pengaruh kota terhadap
desa, kebutuhan timbal-balik antara desa dan kota telah memacu interaksi
desa dan kota secara bertahap dan pasti.
3.
Pembangunan Perkotaan
Perkembangan kota merupakan pola
kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan, daan politik. Jumlah dan kualitas
komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan
kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan mengandung
5 unsur yang meliputi :
·
Wisma, merupakan bagian ruang kota yang
dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk
melangsungkan kegiatan sosial dalam keluarga.
·
Karya, merupakan syarat yang utama bagi
eksistensi suatu kota karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan
masyarakat. Penyediaan lapangan kerja bagi suatu kota dapat dilakukan dengan
cara menyediakan ruang.
·
Marga, merupakan ruang perkotaan yang berfungsi
untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di
dalam kota(hubungan internal) serta hubungan antara kota itu dengan kota atau
daerah lainnya(hubungan eksternal)
·
Suka, merupakan bagian dari ruang perkotaan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan,
kesenian.
·
Penyempurna, merupakan bagian yang penting bagi
suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur diatas,
termasuk fasilitas keagamaan, pekuburan kota, fasilitas pendidikan dan
kesehatan, jaringan utilitas umum.
Pemecahan
masalah atau pencapaian persyaratan di atas hendaknya dituangkan suatu
kebijaksanaan dasar yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah dan interaksi
kota dan sekitarnya secara berimbang dan harmonis. Fungsi dan tugas aparatur
pemerintah kotaharus ditingkatkan :
1. Aparatur
kota harus dapat menangani berbagai masalah yang dimbul di kota.
2. Kelancaran
dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan tepat dan cepat, agar tidak disusul
dengan masalah lainnya.
3. Masalah
keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak maka
kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru.
4. Dalam
rangka pemekaran kota harus ditingkatkan kerja sama yang baik antara para
pemimpin dikota dengan pemimpin d tingkat kabupaten tetapi dapat bermanfaat
bagi wilayah kabupaten di sekitarnya.
a.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Masyarakat
desa adalah sejumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat
tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan organisasi pemerintahan terendah
langsung di bawah camat, yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri. Dengan kata lain masyarakat desa adalah sejumlah penduduk yang tinggal
di desa.
Kota
merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan komunikasi.
Dengan adanya sistem komunikasi dan transportasi yang baik, tidaklah aneh kalau
kota tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya. Kota yang letaknya
strategis akan berkembang dengan pesat.
Kota
merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan
komunikasi. Dengan adanya sistem komunikasi dan transportasi yang baik, kota
tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya. Kota yang letaknya strategis akan
berkembang dengan pesat.
Komentar
Posting Komentar
Untuk kesan, pesan, dan saran bisa dikirimkan melalui kolom komentar yaaa :)